Minggu, 02 Oktober 2016

Kekeliruan dalam Menyambut Awal Tahun Baru Hijriyah



Hari ini, Ahad tgl 02 Oktober 2016 bertepatan dengan  tanggal 1 Muharram Tahun 1438 Hijriah. Seperti kita ketahui bahwa perhitungan awal tahun hijriyah dimulai dari hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu bagaimanakah pandangan Islam mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan Muharram adalah bulan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara kita tidak mengetahuinya. Namun banyak di antara kaum muslimin yang salah kaprah dalam menyambut bulan Muharram atau awal tahun. Silakan simak pembahasan berikut.

Bulan Muharram Termasuk Bulan Haram

Dalam agama ini, bulan Muharram (dikenal oleh orang Jawa dengan bulan Suro), merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)
Ibnu Rajab mengatakan, ”Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana yang dilakukan oleh Ahli Kitab.”[1]
Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”[2]
Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzulqo’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4) Rajab.  Oleh karena itu bulan Muharram termasuk bulan haram.

Di Balik Bulan Haram

Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, ”Dinamakan bulan haram karena dua makna.
Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.”[3]
Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, ”Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”
Ibnu ’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.”[4]

Bulan Muharram adalah Syahrullah (Bulan Allah)

Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.”[5]
Bulan Muharram betul-betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan disandarkan pada lafazh jalalah Allah. Karena disandarkannya bulan ini pada lafazh jalalah Allah, inilah yang menunjukkan keagungan dan keistimewaannya.[6]
Perkataan yang sangat bagus dari As Zamakhsyari, kami nukil dari Faidhul Qodir (2/53), beliau rahimahullah mengatakan, ”Bulan Muharram ini disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah ’Allah’ untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan tersebut, sebagaimana pula kita menyebut ’Baitullah’ (rumah Allah) atau ’Alullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy. Penyandaran yang khusus di sini dan tidak kita temui pada bulan-bulan lainnya, ini menunjukkan adanya keutamaan pada bulan tersebut. Bulan Muharram inilah yang menggunakan nama Islami. Nama bulan ini sebelumnya adalah Shofar Al Awwal. Bulan lainnya masih menggunakan nama Jahiliyah, sedangkan bulan inilah yang memakai nama islami dan disebut Muharram. Bulan ini adalah seutama-utamanya bulan untuk berpuasa penuh setelah bulan Ramadhan. Adapun melakukan puasa tathowwu’ (puasa sunnah) pada sebagian bulan, maka itu masih lebih utama daripada melakukan puasa sunnah pada sebagian hari seperti pada hari Arofah dan 10 Muharram. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Rojab. Bulan Muharram memiliki keistimewaan demikian karena bulan ini adalah bulan pertama dalam setahun dan pembuka tahun.”[7]
Al Hafizh Abul Fadhl Al ’Iroqiy mengatakan dalam Syarh Tirmidzi, ”Apa hikmah bulan Muharram disebut dengan syahrullah (bulan Allah), padahal semua bulan adalah milik Allah?”
Beliau rahimahullah menjawab, ”Disebut demikian karena di bulan Muharram ini diharamkan pembunuhan. Juga bulan Muharram adalah bulan pertama dalam setahun. Bulan ini disandarkan pada Allah (sehingga disebut syahrullah atau bulan Allah, pen) untuk menunjukkan istimewanya bulan ini. Dan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sendiri tidak pernah menyandarkan bulan lain pada Allah Ta’ala kecuali bulan Allah (yaitu Muharram).[8]
Dengan melihat penjelasan Az Zamakhsyari dan Abul Fadhl Al ’Iroqiy di atas, jelaslah bahwa bulan Muharram adalah bulan yang sangat utama dan istimewa.

Menyambut Tahun Baru Hijriyah

Dalam menghadapi tahun baru hijriyah atau bulan Muharram, sebagian kaum muslimin salah dalam menyikapinya. Bila tahun baru Masehi disambut begitu megah dan meriah, maka mengapa kita selaku umat Islam tidak menyambut tahun baru Islam semeriah tahun baru masehi dengan perayaan atau pun amalan?
Satu hal yang mesti diingat bahwa sudah semestinya kita mencukupkan diri dengan ajaran Nabi dan para sahabatnya. Jika mereka tidak melakukan amalan tertentu dalam menyambut tahun baru Hijriyah, maka sudah seharusnya kita pun mengikuti mereka dalam hal ini. Bukankah para ulama Ahlus Sunnah seringkali menguatarakan sebuah kalimat,
لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ
Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita melakukannya.”[9] Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan kecuali mereka akan segera melakukannya.[10]
Sejauh yang kami tahu, tidak ada amalan tertentu yang dikhususkan untuk menyambut tahun baru hijriyah. Dan kadang amalan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam menyambut tahun baru Hijriyah adalah amalan yang tidak ada tuntunannya karena sama sekali tidak berdasarkan dalil atau jika ada dalil, dalilnya pun lemah.

Amalan Keliru dalam Menyambut Awal Tahun Hijriyah

Amalan Pertama: Do’a awal dan akhir tahun
Amalan seperti ini sebenarnya tidak ada tuntunannya sama sekali. Amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama besar lainnya. Amalan ini juga tidak kita temui pada kitab-kitab hadits atau musnad. Bahkan amalan do’a ini hanyalah karangan para ahli ibadah yang tidak mengerti hadits.
Yang lebih parah lagi, fadhilah atau keutamaan do’a ini sebenarnya tidak berasal dari wahyu sama sekali, bahkan yang membuat-buat hadits tersebut telah berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya.
Jadi mana mungkin amalan seperti ini diamalkan.[11]

Amalan kedua: Puasa awal dan akhir tahun
Sebagian orang ada yang mengkhsuskan puasa dalam di akhir bulan Dzulhijah dan awal tahun Hijriyah. Inilah puasa yang dikenal dengan puasa awal dan akhir tahun. Dalil yang digunakan adalah berikut ini.
مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ المَاضِيَةَ بِصَوْمٍ ، وَافْتَتَحَ السَّنَةُ المُسْتَقْبِلَةُ بِصَوْمٍ ، جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَارَةٌ خَمْسِيْنَ سَنَةً
“Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharrom, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah ta’ala menjadikan kaffarot/tertutup dosanya selama 50 tahun.”
Lalu bagaimana penilaian ulama pakar hadits mengenai riwayat di atas:
  1. Adz Dzahabi dalam Tartib Al Mawdhu’at (181)  mengatakan bahwa Al Juwaibari dan gurunya –Wahb bin Wahb- yang meriwayatkan hadits ini termasuk pemalsu hadits.
  2. Asy Syaukani dalam Al Fawa-id Al Majmu’ah (96) mengatan bahwa ada dua perowi yang pendusta yang meriwayatkan hadits ini.
  3. Ibnul Jauzi dalam Mawdhu’at (2/566) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan Wahb yang meriwayatkan hadits ini adalah seorang pendusta dan pemalsu hadits.[12]
Kesimpulannya hadits yang menceritakan keutamaan puasa awal dan akhir tahun adalah hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan dalil dalam amalan. Sehingga tidak perlu mengkhususkan puasa pada awal dan akhir tahun karena haditsnya jelas-jelas lemah.

Amalan Ketiga: Memeriahkan Tahun Baru Hijriyah
Merayakan tahun baru hijriyah dengan pesta kembang api, mengkhususkan dzikir jama’i, mengkhususkan shalat tasbih, mengkhususkan pengajian tertentu dalam rangka memperingati tahun baru hijriyah, menyalakan lilin, atau  membuat pesta makan, jelas adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya. Karena penyambutan tahun hijriyah semacam ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, para sahabat lainnya, para tabi’in dan para ulama sesudahnya. Yang memeriahkan tahun baru hijriyah sebenarnya hanya ingin menandingi tahun baru masehi yang dirayakan oleh Nashrani. Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas telah menyerupai mereka (orang kafir). Secara gamblang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”[13]

Penutup
Menyambut tahun baru hijriyah bukanlah dengan memperingatinya dan memeriahkannya. Namun yang harus kita ingat adalah dengan bertambahnya waktu, maka semakin dekat pula kematian.
Sungguh hidup di dunia hanyalah sesaat dan semakin bertambahnya waktu kematian pun semakin dekat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia tidak lain seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.[14]
Hasan Al Bashri mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanya memiliki beberapa hari. Tatkala satu hari hilang, akan hilang pula sebagian darimu.”[15]
Semoga Allah memberi kekuatan di tengah keterasingan. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Diselesaikan di wisma MTI (secretariat YPIA), 30 Dzulhijah 1430 H.
www.rumaysho.com



Sabtu, 17 September 2016

Nasehat Ulama " DR. Amir Faishol Fath "

Foto Yasa Malang.
Dr Amir Faishol Fath:
 🐝🐝 nasehat yang lebih manis daripada madu🐝🐝
 dikutip dari buku "lelaki yg paling bahagia di dunia" karangan syaikh Aidh AlQarni 

💙0. mulailah harimu dengan sholat fajr dan doa-doa di pagi hari agar kau mendapatkan keberuntungan dan kesuksesan
💙1. lanjutkan dengan istighfar agar syetan menghindar darimu
💙2. jangan putus berdoa, karena sesungguhnya doa merupakan tali kesuksesan
💙3. ingatlah bahwa apapun yg kau katakan akan dicatat oleh malaikat
💙4. senantiasalah optimis meskipun engkau dalam puncak kesusahan
💙5. bahwa keindahan jari jemari karena ia terikat dengan tasbih
💙6. jika engkau menghadapi kegelisahan dan berbagai kegundahan maka ucapkanlah "laa ilaaha illallahu"
💙7. belilah dengan uang dirhammu (berinfaklah) untuk mendapatkan doa orang fakir dan kecintaan orang miskin
💙8. sujud panjang dengan khusyuk itu lebih baik daripada istana2 yang megah. 💙9. berfikirlah sebelum berkata, bisa jadi satu perkataanmu bisa mematikan (menyakiti hati orang)
💙10. berhati hatilah terhadap doa orang yang didholimi dan air mata orang yang terampas haknya
💙11. Sebelum engkau membaca buku, koran dan majalah, bacalah terlebih dahulu AlQur'an
💙12. jadilah kau sebab bagi keistiqomahan keluargamu
💙13. bersungguh-sungguhlah jiwamu melaksanakan ketaatan, karena jiwa manusia itu senantiasa mengajak kepada keburukan
💙14. Ciumlah telapak tangan kedua orangtuamu, kau pasti mendapatkan keridhoan
💙15. Baju-baju lamamu merupakan baju baju baru menurut orang orang fakir
💙16. janganlah kau marah, karena hidup ini sangat singkat dari yang kau bayangkan
💙17. Engkau senantiasa bersama dzat yang maha kuat maha kaya, dialah Allah 'azza wa jalla,
💙18. Jangan kau tutup pintu terkabulnya doa dengan melakukan maksiat
💙19. sholat adalah sebaik baik penolongmu dalam menghadapi berbagai musibah dan kelelahan
💙20. hindari berburuk angka, kau akan mendapatkan  ketenangan  dan kenyamanan
💙21. penyebab dari segala kegundahan adalah berpaling dari ALLAH, maka segeralah menuju kepada Nya.
💙22. Sholatlah kau, karena sholatmu akan menemanimu di kubur
💙23. jika kau mendengar orang yang meggunjing (ghibah)

Selasa, 07 Juni 2016

Siraman Rohani Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1437 H

 

Menyambut bulan suci Ramadhan 1437 H  Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Malang menggelar acara Siraman Rohani (1/6) , hal ini damaksudkan agar kita senantiasa menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah Swt. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh pegawai dan Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Wanita Klas IIA Malang dengan pembicara Ustadz Soedirman.






Dalam taushiahnya Soedirman menegaskan pentingnya berhijab bagi kaum wanita dan menjaga kehormatan wanita dengan berhijab.  “Kita sering melihat di mana-mana para wanita berhijab hanya kepalanya saja, tetapi bagian dada masih tetap terbuka dan itu berarti niat kita berhijab hanyalah sia-sia belaka” ujarnya.







Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Malang, Ngatirah menghimbau agar kita selalu menjaga kehormatan dengan berhijab dan selalu mengikuti sholat berjamaah Dhuhur dan Ashar sebagai bentuk program Lapas Wanita Klas IIA Malang yang sudah berjalan sejak bulan April lalu. “Marilah bagi teman-teman WBP maupun pegawai untuk meluangkan waktu mengikuti sholat berjamaah Dhuhur dan Ashar karena shalat berjamaah lebih utama dari pada shalat sendirian dengan tujuh puluh derajat”, pungkasnya.

Senin, 06 Juni 2016

Sambut Romadhon Dengan Siraman Rohani bersama Ustadz Sudirman

Dalam rangka menyambut datangnya bulan suci romadhon Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Malang mengadakan siraman rohani bersama ustadz Sudirman di aula Bimkemaswat.

Selasa, 22 Maret 2016

Peresmian Pondok Pesantren An-Nisa Lapas Wanita Klas IIA Malang

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Klas IIA Malang menggelar Acara Peresmian Pondok Pesanten An-Nisa yang mengambil tempat di ruang Aula Lapas pada Sabtu (19/03).
Kegiatan ini melibatkan seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan Petugas lapas serta dihadiri oleh Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kota / Kabupaten Malang, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Malang, Abu Haidar selaku Trainer Wudhu dan Shalat serta staf dan jajaran PT. Terminal Peti Kemas Surabaya.
          Dalam sambutannya, Kepala Lapas (Kalapas) Wanita Malang, Ngatirah dengan semangat mengajak seluruh WBP untuk bersungguh-sungguh menuntut ilmu selama di lapas. “Dengan diresmikannya Pondok Pesantren An-Nisa di Lapas, otomatis seluruh WBP menjadi santriwati. Mari manfaatkan waktu ibu-ibu untuk menuntut ilmu agama sebanyak-banyaknya sehingga kelak bisa membawa bekal ketika bebas nanti, bahkan saya berharap santriwati lulusan Pondok Pesantren An-Nisa bisa mencetak banyak ustadzah ataupun da’iyah di masyarakat  ”, harap Ngatirah.
          Pondok Pesantren An-Nisa diresmikan oleh Drs. H. Imron, M.Ag selaku Kepala Kementerian Agama Kota Malang. Senada dengan Ngatirah, Imron mengungkapkan : “Saya sangat antusias dan bersemangat ketika lapas Wanita  berinovasi menjadi lapas berbasis pesantren. Kami pasti mendukung semua kegiatan sepanjang demi pendidikan dan pembangunan ummat terlebih bagi WBP yang sedang menjalani pidana di lapas”.
          Acara juga dimeriahkan dengan kehadiran staf dan jajaran  PT. Terminal Peti Kemas Surabaya  selaku sponsor acara. Dalam sambutannya, Dothy selaku Presiden Direktur menyampaikan bahwa dalam rangka Ulang Tahun PT. Terminal Peti Kemas Surabaya sekaligus memperingati hari Wanita Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret, pihaknya menjatuhkan pilihan beranjangsana dan memberikan cinderamata ke Lapas Wanita Malang.      “saya minta 2 orang WBP yang berani maju untuk menghafalkan salah satu surah di Juz 30 akan diberi hadiah uang tunai @ Rp. 500.000,-?” , tantang Dothy. Uang tunai pun  akhirnya diraih WBP Luluk Handayani dan Riamah.
          Setelah Peresmian pondok pesantren digelar  acara dilanjutkan dengan pelatihan Wudhu dan Shalat sesuai tuntunan Nabi Muhammad Saw. Abu Haidar selaku Trainer mengajarkan tutorial wudhu dan shalat cara Nabi yang dilengkapi dengan dalil/nash yang shahih yang dikemas dengan layout menarik. “Ummat Islam wajib mempelajari cara wudhu dan shalat sesuai yang diajarkan Rasulullah, karena amalan yang pertama kali dihisab adalah perkara shalat. Jika shalatnya baik dan benar, maka baiklah seluruh amalannya”, jelas Abu Haidar.
          “Ternyata selama ini cara wudhu dan shalat saya banyak yang salah….Alhamdulillah dapat pencerahan seperti ini”, ungkap Nunung Dahlia, salah seorang WBP peserta pelatihan.